Kamis, 26 Juni 2014

Perbedaan Lintah dan Pacet


Lintah dan pacet adalah hewan yang tergabung dalam filum Annelida subkelas Hirudinea. Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di daratan, air tawar, dan laut. Seperti halnya kerabatnya, Oligochaeta, mereka memiliki klitelum. Seperti cacing tanah, lintah juga hermaprodit (berkelamin ganda). Lintah obat Eropa, Hirudo medicinalis, telah sejak lama dimanfaatkan untuk pengeluaran darah (plebotomi) secara medis.

Lintah dibedakan dari pacet bukan berdasarkan taksonomi, tetapi lebih pada habitat kesukaannya. Lintah sehari-hari hidup di air, sedangkan pacet sehari-harinya melekat pada daun atau batang pohon (di luar air).
Semua spesies lintah adalah karnivora. Beberapa merupakan predator, mendapat makanan dari berbagai jenis invertebrata seperti cacing, siput, atau larva serangga.

LINTAH:

PACET:



Anatomi Lintah

Secara umum, lintah berbadan leper, mempunyai 34 gelang dan penghisap pada ujungnya.Ukuran biasa adalah 50 mm dan bahkan mencapai 30 cm.

• Panjang tubuh mencapai 30 cm

• Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula

• Tubuh relatif pipih

• Tubuh terdiri dari 34 segmen

• Tidak mempunyai parapodia dan setae

• Mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior maupun posterior

• Bersifat hermafrodit

• Habitat: air tawar dan darat

Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior, mulut, faring, tembolok, usus, usus buntu, anus, penghisap, posterior.


Lintah diakui sebagai pembantu manusia, dalam air liurnya mengandung 15 unsur zat aktif diantaranya adalah putih telur “hirudin” yang bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, dan “penisilin” sebagai antibiotic alami. Lintah digunakan sebagai obat untuk menormalkan gula darah, menetralisir asam urat, mengempiskan bengkak, meringankan rasa sakit dan pendarahan.

Kemampuan lintah ini menarik perhatian Essenmitte Clinic Of German sejak sepuluh tahun yang lalu dan mereka adalah yang pertama pengimpor lintah di Jerman.

Lintah mempunyai “zat anestesi” yaitu anti sakit yang membuat saraf kita tidak merasakan efek gigitannya.


Dalam kitab Durratun Nasihin oleh Syeikh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Alkhaubawiyiyi dijelaskan bahwa menjelang sembuhnya penyakit yang menimpa Nabi Ayyub AS, dua belatung jatuh ke tanah. Satu belatung terbang menjadi lebah yang memberikan manfaat untuk sengatan dan madunya. Sedangkan belatung yang lain berubah menjadi lintah yang memberikan pengobatan dengaan air liurnya. 


Komponen liur lintah mengandung banyak zat diantaranya:

1. Hirudin : Menghentikan pengentalan darah dengan mengikat thrombin.

2. Calin : Menghambat pengentalan darah dengan memblok ikatan von Willenbrand facto terhadap kolagen.

3. Destabilase : Aktifitas pembusukan racun. Melenyapkan fibrin sebagai pengakibat pembekuan darah-thrombolytic effects yaitu melarutkan darah kental.

4. Hirustasin : Menghambat pembentukan protein darah kental.

5. Bdellin : Anti pembengkakan.

6. Hyaluronidase : Meningkatkan intersital viscosity via Antibiotic Penicilin alamiah.

7. Tryptase inhibitor : Menghambat enzim pencerna protein yang merugikan sel tubuh yang disedot.

8. Eglins : Anti pembengkakan- meghambat aktifitas alpha-chymotrpsin, chymase, substilisin, elactase, cathepsin G.

9. Facto Xa Inhibitor : Menghambat aktifitas pengentalan darah factor Xa dengan membentuk enzim equimolar complexes.

10. Complement inhibitor : Memungkinkan penggantian darah beku secara ilmiah.

11. Carboxypeptid ase a inhibitor : Meningkatkan peredaran darah pada daerah yang digigit.

12. Histaminelikesubstances : Vasilidator yaitu meningkatkan peredaran darah yang digigit.

13. Acetylcholine : Vasilidator.

14. Anesthetics substance : Anestesi atau zat anti sakit.